Minggu, 05 Januari 2014

Bahasa Jawa SD Kelas VI/1: Nulis Aksara Jawa


Mengingat Kembali Aksara Jawa

Sebagai wong jawa masa kita ngga kenal sama yang namanya aksara jawa sih, malu-maluin. Apa lagi jika anda pintar bahasa Inggris, Jepang, Korea dsbg.
Nah, sebagai orang jawa, kita sepatutnya menguri-uri (melestarikan) kebudayaan jawa. Biar kebudayaan kita ini tidak punah. Benar tidak?
Mulai saja belajar bahasa jawanya ya. :)
Aksara Carakan
Atau yang biasa disebut aksara inti ini terdiri dari 20 aksara (huruf).

Aksara Pasangan
Aksara ini digunakan untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan dawet ayu, akan diperlukan pasangan untuk "ha" agar "t" pada dawet tidak bersuara. Tanpa pasangan "t" tulisannya berbunyi dawetaayu.
Perlu anda ketahui,  penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata. Hurufnya seperti  di atas, yang sebelah kanan.
Aksara Swara (Suara)
Ada perbedaan jumlah dalam aksara ini, ada yang bilang 7 ada juga yang bilang 5, tapi intinya tetap sama. Aksara ini digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing. Aksara suara tidak dapat dijadikan sebagai aksara pasangan sehingga aksara sigegan yang terdapat di depannya harus dimatikan dengan pangkon. Walaupun demikian aksara suara dapat diberi sandhangan wignyan, layar, dan cecak.
Berikut ini aksaranya :
Aksara Rekan
Aksara ini berfungsi untuk menuliskan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, khususnya Arab. Aksara rekaan dapat menjadi aksara pasangan, dapat diberi pasangan, serta dapat diberi sandhangan seperti keduapuluh aksara ini.

Aksara Murda (Huruf Kapital)
Huruf kapital ini berjumlah sembilan buah yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum. Aksara murda ini tidak dapat dipakai sebagai penutup suku kata (sigegan).



Aturan pemakaian aksara murda: suku pertama biasanya yang dikapitalisasi (ditulis dengan aksara murda), namun apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku pertama, maka suku kedua yang dikapitalisasi. Apabila tidak tersedia aksara murda untuk suku kedua, maka suku ketiga yang dikapitalisasi, dan seterusnya. Awal kalimat tidak perlu ditulis menggunakan huruf kapital.
Berikut huruf-huruf murdanya:
Aksara Wilangan (Angka Jawa)
Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.

Tanda Baca (Sandangan)
Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup
serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari,
yaitu tanda : koma, titik, awal kalimat, dll.









1 komentar:

  1. Mas/Pak, mohon ijin untuk saya share diblog saya ya? Terima kasih

    BalasHapus