Suku Jawa memiliki kebudayaan yang
khas, di mana dalam sistem budayanya digunakan simbol-simbol atau
lambang-lambang sebagai sarana atau media untuk menitipkan nasihat-nasihat bagi
bangsanya. Salah satu bentuk budaya Jawa yang merupakan simbol yang digunakan
sebagai sarana mendidik adalah nyanyian rakyat. Nyanyian rakyat merupakan
folklor karena diperoleh melalui tradisi lisan. Nyanyian rakyat biasa
didendangkan ketika bulan purnama, atau ketika anak-anak bermain dengan teman
sebayanya. Sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional, lagu rakyat tidak
diketahui siapa penciptanya karena pada saat lagu itu diciptakan rasa
kebersamaan masih jauh lebih dipentingkan daripada kepentingan individual.
Saat ini
lagu-lagu tersebut sudah jarang dinyanyikan oleh anak-anak. Anak-anak lebih
menyukai permainan modern daripada permainan tradisional. Sehingga lagu-lagu
yang terdapat dalam permainan tersebut juga jarang didendangkan, khususnya
anak-anak di daerah perkotaan nyaris tidak lagi mengenali lagu-lagu tersebut.
Keadaan yang seperti ini akan mengakibatkan punahnya lagu-lagu tersebut.
Padahal lagu-lagu tersebut mengandung makna yang mampu mempengaruhi pembetukan
karakter mereka. Selain itu lagu-lagu tersebut merupakan warisan budaya
yang harus dijaga.
Berikut beberapa contoh tembang lagu dolanan anak:
MENTHOK-MENTHOK
Menthok,
menthok, tak kandani
mung
lakumu, angisin-isini
mbok
yo ojo ngetok, ono kandhang wae
enak-enak
ngorok, ora nyambut gawe
menthok,
menthok … mung lakukumu megal megol gawé guyu
Makna dari
lagu tersebut adalah menggambarkan binatang menthok yang mempunyai sifat
pemalas, seperti yang digambarkan pada lirik lagu “Bokya aja ndheprok, ana
kandhang wae (Jangan hanya diam dan duduk, di kandang saja). Enak-enak ngorok,
ora nyambut gawe (Enak-enak mendengkur, tidak bekerja)”. Namun dibalik sikapnya
yang pemalas, menthok masih punya kemampuan untuk membuat orang lain tertawa.
Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada lirik lagu tersebut adalah
mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak malas dan bekerja keras dalam
melakukan berbagai macam aktifitas. Selain itu, terdapat nilai pendidikan yaitu
percaya diri. Percaya diri bahwa setiap orang itu memiliki kelebihan dan
kekurangan pada dirinya. Jadi, setiap orang itu harus bangga dan tidak boleh
menganggap dirinya rendah jika dibandingkan dengan orang lain.
JAMURAN
Jamuran… jamuran…ya ge ge thok…
jamur apa ya ge ge thok…
Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung,
sira badhe jamur apa?
Nilai pendidikan dalam lagu ini adalah ketika anak melakukan
permainan. Mereka akan melantunkan dengan kompak dan menaati peraturan apapun
yang diminta oleh pemain dadi. Pada lirik lagu Semprat-semprit jamur opo,
pemain dadi meminta kepada pemain lain untuk menjadi jamur apa yang dia mau,
maka pemain lain harus mematuhi apa yang dikehendaki pemain dadi. Hal ini
mengajarkan pada anak-anak bahwa hidup ini penuh dengan aturan. Maka segala
aturan harus ditaati sesuai dengan peraturan. Karakter yang dapat ditanamkan
dalam lirik lagu ini adalah kedisiplinan dalam memauhi segala aturan yang
berlaku di kehidupan.
GUNDUL-GUNDUL PACUL
Gundul gundul pacul-cul,
gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang
segane dadi sak latar
Lirik lagu Gundul-Gundul Pacul menggambarkan seorang
anak yang jelek (gundul), sombong (gembelengan), dan tidak bertanggung jawab.
Sifatnya tersebut mengakibatkan anak melakukan hal yang tidak bermanfaat
(bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan di jalan (tidak bermanfaat lagi)).
Lirik lagu Gundul-Gundul Pacul mengajarkan kepada anak-anak untuk bersikap
selalu rendah hati atau tidak sombong. Bersikap sombong hanya akan
mengakibatkan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat atau tidak ada gunanya.
Orang yang sombong tidak akan pernah mampu untuk mengemban amanah yang menjadi
tanggung jawabnya dengan baik, seperti pada lirik Nyunggi… nyunggi, wakul..kul…
Gembelengan …. (Membawa bakul dengan gayanya yang angkuh dan sombong). Wakul
glempang segane dadi sak latar (bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan di
jalan (tidak bermanfaat lagi), anak pada lirik lagu tersebut mempunyai tanggung
jawab untuk membawa bakul, namun karena anak tersebut membawa bakul dengan
sombong, maka bakulnya jatuh dan nasinya tumpah yang mengakitkan nasi tersebut
tidak bisa dimakan lagi. Nilai pendidikan karakter pada lagu tersebut adalah
untuk selalu bersikap rendah hati dalam hal apapun.
Dari
beberapa tembang lagu diatas seharusnya kita benar-benar menjaga kelestarian
tembang lagu dolanan anak. Selain melestarikan budaya, makna yang terkandung
sangat membantu dalam proses kehidupan sehari-hari. Selain itu lagu-lagu
tersebut juga sangat menyenangkan saat dimainkan…
Sumber:
http://wisnuwidiansyah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar